Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Fakultas Humaniora dan Ilmu Pendidikan (FHIP), Universitas Katolik Musi Charitas (UKMC) sukses menyelenggarakan kegiatan Asistensi Mengajar di satuan pendidikan melalui skema MBKM Mandiri pada semester genap 2024/2025. Program ini diikuti oleh sembilan mahasiswa dan dilaksanakan selama enam bulan, dari Februari hingga Juli 2025.
Sebanyak sembilan mahasiswa tersebut ditempatkan di lima mitra satuan pendidikan, yaitu Melisca Andriani dan Hellen Wijaya di SMA Methodist 2 Palembang, Angel Seanita di SMA Xaverius 3 Palembang, Mohammad Olbath A. dan Bryan Oktavianus di SMP Xaverius 6 Palembang, Eka Christi Yanti dan Siti Rahma Ayu di SMA Xaverius Maria Palembang, dan Jenifer Laura dan Ega Ahmad Zaky di Rupit English Course Palembang.
Kegiatan terbagi dalam tiga stase: Teaching-Learning Preparation, Teaching Practice, dan Learning Evaluation. Selama program berlangsung, mahasiswa tidak hanya menjalankan tugas mengajar tetapi juga menyusun logbook harian serta laporan tengah dan akhir program. Hasil akhir kegiatan dipresentasikan di hadapan dosen pembimbing dan mitra sekolah dalam sesi refleksi dan penutupan resmi di kampus UKMC.
Melalui program ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengonversi sembilan mata kuliah ke dalam aktivitas nyata di lapangan, antara lain Approaches, Methods, and Techniques serta Language Teaching Media (Ibu Ira Irzawati), Micro Teaching dan Praktik Pengalaman Lapangan (Ibu Anastasia Ronauli Hasibuan), Psikologi Belajar dan Pembelajaran (Sr. M. Nicoline, FCh), Sociolinguistics and Psycholinguistics serta Manajemen Sekolah (Romo Anselmus Inharjanto, SCJ), dan Language Learning Assessment dan Second Language Acquisition (Bapak Yohanes Heri Pranoto).
Dalam penutupan, salah satu dosen pendamping menyampaikan bahwa “Asistensi mengajar bukan hanya tentang teknik mengajar, tetapi tentang bagaimana kita membentuk diri menjadi pendidik yang hadir dengan keutuhan hati dan kesadaran. Pendidikan adalah relasi, bukan hanya transmisi pengetahuan. Di dalamnya ada proses saling belajar, saling tumbuh, dan saling memanusiakan.” Salah satu peserta, Eka Christi Yanti, mengatakan bahwa “Program ini memberikan saya lebih dari sekadar pengalaman mengajar. Saya belajar bagaimana menjadi fleksibel, sabar, dan terbuka terhadap keberagaman gaya belajar siswa.”